Breaking News

PUISI INSPIRASI | JIWAKU RAPUH


Jiwaku yang Rapuh

* Tatapku kosong..

* Jiwaku Hampa..

* Hatiku Sunyi..

* Aku Baru Sadar..Bahwa Diriku Rapuh..

* Semenjak Engkau Berkata Ingin Pergi Dari Hidupku Di Waktu Itu..

* Serasa Dunia Ini Di Tikam Guncangan Tajam..

* Ambisi Bejatnya Ombak Laut Pecah Mengamuk..

* Matahari Rembulanpun Serasa Tak Akur..

* Ternyata Aku Rapuh..

* Seakan Ingin Ku Cabik - Cabik Raga Ini..

* Ingin Ku Potong - Potong Rasa Cinta Di Hati Ini..

* Serasa Percuma Rasa Ini Harus Bersemayam di Jiwa..

* Jika Dirimu yang Ku Pinta Menolak Untuk Bersama..

* Jika Hatimu yang Ku Tuju Tak Mau Bersatu..

* Kiniii...

* Biarkan Jiwaku yang Rapuh Ini Tidur Bersama Waktu..

Puisi ini menggambarkan kehampaan dan kekosongan yang dirasakan oleh penyair. 

Tatapannya kosong, jiwa terasa hampa, dan hatinya sunyi. 

Penyair baru menyadari bahwa dirinya rapuh setelah mendengar kata-kata kepergian dari seseorang di masa lalu.

Dalam keadaan tersebut, dunia terasa berguncang dan bergetar dengan keras. 

Ambisi jahat ombak laut pecah mengamuk, dan matahari serta rembulan tidak lagi berada dalam harmoni. 

Penyair merasa rapuh, ingin merusak dirinya sendiri, ingin memotong perasaan cinta yang ada dalam hatinya.

Rasa ini terasa sia-sia karena orang yang mereka minta untuk bersama menolak, dan hati yang mereka tuju tidak mau bersatu. 

Penyair merasa terhempas oleh keputusan dan keadaan yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Dalam kesedihan dan keputusasaan, penyair menyatakan bahwa mereka akan membiarkan jiwanya yang rapuh tidur bersama waktu. 


Hal ini mencerminkan dorongan untuk menenangkan diri dan menerima bahwa waktu akan menyembuhkan luka-luka tersebut.

Puisi ini mengungkapkan perasaan sakit, kekosongan, dan ketidakstabilan dalam hati penyair. 

Mereka merasa terhempas oleh perasaan yang sulit dipahami dan ingin melampiaskan rasa sakit itu dengan menghancurkan diri sendiri. 

Namun, pada akhirnya, mereka mengungkapkan penerimaan dan harapan bahwa waktu akan membantu dalam penyembuhan dan pemulihan.


No comments