Patah Hati yang Dilukai, Puisi Cinta
Patah Hati yang Dilukai
Dalam duka yang dalam, aku terdiam
Cintaku yang dikhianati, hatiku terluka
Begitu banyak harapan yang kini pudar
Cinta yang tak setia, sungguh menghancurkan
Di dalam hati yang terluka, rasa sakit menjalar
Seperti duri yang menusuk tanpa henti
Aku mencoba merangkai kembali pecahan hatiku
Namun luka-luka itu terus membuka
Dalam setiap nafas yang terengah-engah
Aku merasakan beban yang tak tertahankan
Cinta yang pernah membawa kebahagiaan
Kini menjadi sumber luka dan kepedihan
Dalam kehampaan hati, aku merenung
Tentang kepercayaan yang telah hancur berkeping-keping
Mengapa cinta harus begitu kejam dan tidak adil?
Kenapa hati ini harus selalu dilukai?
Namun, di tengah kegelapan yang menghampiri
Ada sinar harapan yang masih bersinar samar
Aku tahu bahwa patah hati bukan akhir dari segalanya
Ada kesembuhan yang menanti di ujung jalan ini
Aku akan bangkit dari kepedihan ini
Memperbaiki diri dan menemukan kedamaian
Mungkin cinta telah melukai, tapi aku tidak akan berhenti mencintai
Karena dalam patah hati, ada peluang untuk tumbuh lebih kuat
Aku akan merangkai kembali pecahan hatiku
Membangun kembali kepercayaan dan harapan
Karena meskipun cinta pernah dilukai
Aku tidak akan membiarkan itu mengendalikan hidupku
Baca juga puisi berikut :
Puisi ini mencerminkan kepedihan hati yang patah karena cinta yang dikhianati dan dilukai.
Penulis merenungkan rasa sakit yang menjalar dalam hati dan mencoba merangkai kembali pecahan hati yang hancur.
Meskipun terasa berat dan penuh beban, penulis menemukan sinar harapan yang masih bersinar samar di tengah kegelapan.
Penulis menyadari bahwa patah hati bukanlah akhir dari segalanya, dan ada kesempatan untuk tumbuh lebih kuat dari pengalaman ini.
Pada akhirnya, penulis bertekad untuk bangkit dari kepedihan, memperbaiki diri, dan menemukan kedamaian.
Meskipun cinta pernah melukai, penulis tidak akan membiarkan itu mengendalikan hidupnya. Puisi ini menggambarkan perjalanan pemulihan dan kekuatan untuk bangkit dari patah hati.
Baca juga puisi berikut :
No comments