Breaking News

PUISI MASA KINI | JIWA DAN RAGAKU GUNDAH



Jiwaku yang Gundah

* Relung Hatiku Sesak..

* Ruang Gerakku Kaku tak Bergerak..

* Otak Kecilku Terluka Pikiran Ekstrim..

* Hari Ini hidupku Serasa Terkutuk..

* Serasa Hidup Enggan Bernafas..

* Melangkah Pergipun Berat tak Berarah..

* Ini Benar - Benar Hari yang Berat..

* Di Tinggal Enggan...Di Buangpun Segan..

* Jiwa Ingin Memberontak Alam..

* Namun Raga Ragu dan tak Siap..

* Nyawa Ini Bingung Entah Mau Kemana..

* Bertanya ke Bumi...

* Namun Bumi Diam dan tak Ada Jawaban..

* Ingin Pergi Bersama Hembus Angin...

* Namun Anginpun Enggan tak Bersahabat...

* Pun Pergi Seolah tak Mengenal..

* Duuhh...Gundahnya Hati Ini..

* Serasa Cintanya Jiwa ke Raga Sudah Hilang Pudar..

* Serasa Raga Sudah tak Ingin Hidup Bersama Jiwa..

* Sakitnya Jiwa yang tak Tertahan Oleh Raga..

* Membuat Hati Ini Bertambah Bimbang..

* Aku Harus Bagaimana...

* Apakah Perlu...

* Ku Lampiaskan Semua Isi Kesal yang Padat dan Keras Ini Ke Alam..

* Biar Terbuang Semua Isi Sial yang Tinggal di dalam Jiwa..

* Biar Pergi Semua Kutukan Hidup di Diriku Ini..

* Namun Apa itu Mungkin Bisa Terjadi..

* Aku Hanya Manusia Lemah yang tak Bisa Segalanya..


Puisi ini menggambarkan relung hati yang sesak dan perasaan terhimpit. 

Penyair merasa bahwa ruang geraknya terasa kaku dan otaknya terluka dengan pikiran-pikiran ekstrim. 

Hidupnya pada hari ini terasa terkutuk dan bernafas pun menjadi enggan. Melangkah terasa berat dan tanpa arah.

Penyair merasa diabaikan dan diasingkan. Jiwa mereka ingin memberontak terhadap alam, namun raganya ragu dan tidak siap. 

Nyawa ini bingung dan tidak tahu kemana harus pergi. Mereka mencoba mencari jawaban dari bumi, namun bumi hanya diam dan tidak memberikan jawaban.

Penyair ingin pergi bersama hembusan angin, tetapi angin tidak bersahabat dan enggan. Mereka merasa pergi seolah tidak dikenal. 

Hati penyair dirundung kegelisahan yang mendalam. Cinta antara jiwa dan raga terasa pudar dan hilang. 

Raga tidak ingin hidup bersama jiwa, dan jiwa merasakan sakit yang tidak bisa ditahan oleh raga. Hal ini membuat hati semakin bimbang.


Penyair merenung tentang bagaimana ia harus menghadapi situasi ini. 

Apakah perlu mereka melepaskan semua kekesalan yang padat dan keras ini ke alam? Apakah itu akan membuat semua kutukan hidup dan sial dalam jiwa terbuang? Namun, mereka menyadari bahwa sebagai manusia lemah, mereka tidak bisa mengendalikan segalanya.

Puisi ini menggambarkan keputusasaan dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam relung hati yang sesak. 

Penyair merenungkan keterbatasan manusia dalam menghadapi tantangan hidup dan mengekspresikan kegelisahan mereka. 

Puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang kompleksitas emosi dan ketidakpastian hidup yang bisa dirasakan oleh setiap individu.

Baca juga Puisi berikut :

No comments